Cerpen " HIDUPKU " Karya : Ayi Mulya Hasanah


BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
 
“HIDUPKU”

          Namaku Siti Najma Fauziah, kau bisa panggil aku Najma,  sebelum aku memulai cerita ini, akan aku ceritakan sedikit latar belakang kehidupanku, aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu, ayahku Sutrisno Seorang petani yang menggarap sawah orang lain, ibuku Aminah seorang ibu rumah tangga yang sangat aku banggakan sekaligus idolaku,hmm.. kalian tau?? Aku sangat menyayangi mereka bahkan kurasa lebih dari itu, aku ingat ketika keluargaku tak dapat makan nasi untuk beberapa hari, saat itu yang kami makan hanyalah ubi rebus, karena ibuku tidak sempat membeli beras, karena jarak yang di tempuh lumayan jauh. Jujur saja aku merasa Tuhan sangat tidak adil waktu itu,, aku marah, sedih, meski perasaan itu tak pernah aku tunjukan kepada kedua orang tuaku, aku berusaha tetap ceria, meski aku tau mereka sama sedihnya seperti aku, tapi aku mengenal mereka, mereka tau cara menyenangkan hatiku, memberiku rasa damai, mereka tau cara  menunjukan kepadaku bahwa mereka sangat menyayangiku, meskipun tidak berbentuk materi, tapi itulah yang paling berharga dari semuanya, apapun yang aku miliki tak ada artinya, selain kasih sayang mereka.  

Ah!!! Aku hampir lupa menceritakan bahwa aku bukan satu-satunya anak mereka, aku 5 bersaudara dan aku yang terakhir, semuanya sudah menikah kecuali aku tentunya.

Aku akan memulai kisahku saat aku masih duduk dikelas VI sekolah dasar, pada saat itu aku dan teman-teman sedang membicarakan soal kemana kita akan melanjutkan sekolah.

“Aku pengennya ke SMP N 3” kata Novi

“Ohh ya? Sama aku juga ingin ke sana “ lanjut Mela

“kalau aku sih masih milih-milih dulu ,”sahut Neli

“kalau kamu Ma?”Tanya Novi ke aku, jujur aku pengenya sekolah bareng dia ke SMP N 3,tapi mengingat keadaan orang tuaku rasanya gak mungkin,udah biaya masuk, terus uang bangunan,belum lagi ongkos pulang-pergi ditambah buku-buku yang harus aku beli.

“Najmaa…kok bengong sih? Kamu belum jawab pertanyaan aku “katanya lagi membuyarkan lamunanku,

“Ehh…??!! Aku belum nanya sama ibu…” jawab ku sekenanya, pada saat itu aku merasa benar-benar putus asa, terombang-ambing di atas takdir yang tak pernah jelas bahkan abstrak. Tapi untuk kemudian aku tau, Allah SWT menyimpan hadiah yang lebih indah di balik semuanya, ternyata aku akan melanjutkan ke sebuah Pondok Pesantren.

                                                                                   ***

“ ibu yakin aku akan kesana?? Memang uangnya ada? bu,, jangan terlalu di paksakan.. aku gak sekolah juga gak papa kok,, aku bisa bantu ibu…”kataku

“ Najma,, kamu harus tau sayang… setiap orang sudah Allah tentukan porsi rizkinya masing-masing, asal kita jangan pernah bosan-bosan untuk meminta dan berikhtiar… ibu dan ayah masih sanggup membiayaimu sekolah,,”jawabnya lembut

“ makasih bu.. ibu tau? Aku sayang sama ibu.. sama ayah juga, tapi aku belum tau cara membuat kalian bangga” kataku dalam isak. Tiba-tiba tangan yang kasar itu merangkulku erat.

“ cukup kamu menjadi orang yang bermanfa’at sayang.. ayah percaya kamu bisa,,” katanya

        Ada nada lelah dalam suaranya, dan aku bisa merasakan betapa sulitnya semua itu. Ayah, kau pahlawanku, tak pernah kau tunjukan air matamu di hadapanku meski kau ingin.Aku berjanji ayah aku akan menjadi orang seperti yang kau inginkan , aku akan kuat sekuat dirimu percayalah,,, aku akan berusaha.

SINGKAT CERITA,, Aku lulus dari sekolah dasar, dan bersiap-siap untuk pendaftaran ke pondok pesantren AS-SAEFIYAH ( bukan nama yang sebenarnya) letaknya tidak terlalu jauh dari tempat aku tinggal. Pagi harinya kami berangkat untuk pendaftaran sekaligus melihat-lihat asrama dan kamar yang akan aku tempati nantinya, aku terkejut karena ternyata dalam satu kamar itu terdiri dari belasan orang bahkan lebih!! Aku berfikir bagaimana mereka bisa nyaman tidur berdempetan setiap malam,, AH!! Tapi mungkin itu hanya fikiranku saja yang baru mengenal, toh nantinya juga aku akan terbiasa sama halnya seperti mereka. Setelah puas melihat-lihat dan berkenalan dengan beberapa santriyah, kami bergegas pulang, tapi lagi-lagi aku terkejut karena sandal yang aku taruh di halaman asrama tiba-tiba hilang, begitu juga dengan sandal ibuku..salah satu santriyah yang berada disana berusaha mencari sandalku juga sandal ibuku tapi hasilnya tetap nihil.

“maaf bu.. belum saya temukan tapi saya akan mencarinya lagi, mungkin ibu bisa menyebutkan ciri-cirinya,?” Katanya dengan sangat sopan.

“ sudahlah nak,, tak apa ibu masih ada sandal di rumah, terimakasih sudah membantu “ jawab ibuku lembut seraya mengusap kepala gadis itu.

                                                                               ***

          Aku duduk di kamarku sambil menatap sebuah foto, aku benar-benar tak percaya bahwa besok pagi aku akan meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun kepadanya. Huh..!! Deri maafin aku ya,,

Ah,,!! Rasanya aku juga belum menceritakan tentang dia,, huh..! dasar pelupa !!

     Deri adalah teman sekelasku , kami adalah sahabat meski ada kabar burung kalau dia menganggapku lebih dari seorang sahabat , tapi aku bersikap biasa saja , tak ingin menjauh meski aku juga merasa deri memang berharap lebih ,, dia baik, saaangat baik dan aku pasti akan sangat merindukannya. Aku belum tidur bahkan saat waktu menunjukan pukul 00:00 , karna aku sibuk mengenang sesuatu yang berharga di rumah ini , ya.. sangat berharga karna suatu saat nanti aku pasti akan sangat merindukan ayah, ibu, kakak, dan juga teman-temanku , aku pasti akan sangat merindukan kamar ini, aku pasti akan sangat merindukan omelan-omelan ibuku disaat aku susah bangun tidur, aku akan sangat merindukan suapan ayahku disaat aku bandel gak mau makan. Aku pasti akan sangat merindukan masa-masa itu lagi..

Hhh,,kau tau? Tapi kenyataan justru memutar balikan semuanya, seolah memaksaku pergi meninggalkan masa-masa itu… dan menempatkanku di tempat pengasingan yang menyeramkan.

                                                                                  ***

“ mari ke ruang pendaftaran terlebih dahulu bu,,” kata seorang santri laki-laki yang kurasa sudah berumur 25 tahun. Aku sangat malu karena untuk ke ruang pendaftaran aku harus melewati asrama laki-laki terlebih dahulu, aku merasa jadi pusat perhatian waktu itu, bahkan ada yang bilang “ geulis euyy” dalam bahasa sunda yang artinya “ cantik nihh “ membuat aku makin merasa kikuk dan tidak nyaman,, setelah itu kami sampai ke ruang pendaftaran , di sana ada seorang bapak separuh baya mengenakan sorban dengan peci hitam di atas kepala, terlihat sangat berwibawa di mataku meski dia tidak berdasi, di tambah dengan senyumnya yang membuat aku merasa nyaman dan tidak takut.

“ Assalamu`alaikum,,” kata ibu dan ayahku secara bersamaan

“Wa`alaikumsalam,,” jawabnya dengan suara serak.

“ Silahkan duduk “ lanjutnya

“Terimakasih pak,,” jawab ibuku lagi.

         Disitu kami berbicara so’al peraturan yang ada di pondok berikut sanksi jika melanggarnya. Aku juga membaca ikrar santri, yang isinya aku berjanji bahwa aku siap di bimbing dan aku siap mena’ati peraturan yang berlaku berikut siap di hukum jika aku melanggar tata tertib tersebut.

        Usai pendaftaran aku langsung menuju asrama dan kamar yang akan menjadi tempat tidur aku nantinya,, aku di tempatkan di kompleks asrama siti khodijah dan di kamar 05 yang terdiri dari 14 orang dengan diriku, mereka baik, murah senyum, namun ada beberapa yang sepertinya sulit sekali menarik bibir mereka, tapi kurasa itu wajar karena toh setiap orang berbeda, dan aku juga akan mengenal mereka dan mengerti akan karakter mereka masing-masing.

“ baik-baik ya sayang...” kata ibuku lembut, ada lelehan air mata di pipinya yang kurus, membuat aku tak mampu menahan bendungan di mataku, aku langsung menghambur kedalam pelukannya, erat.. saaangat erat , rasanya aku tak ingin melepasnya karena aku takut kehilangan rasa damai di saat aku memeluknya, aku takut kehilangan tangan yang mengusap kepalaku dengan lembut, aku takut kehilangan kecupan di kening dan kedua pipiku… aku takut kehilangan itu Tuhannnn,,!

           Ayah berlutut seraya memegang kedua pundakku seolah menyadarkanku bahwa aku harus kuat sepertinya, tapi aku melihat linangan air mata yang berusaha di tahannya agar tidak jatuh, dan aku sadar ayah berusaha bersikap tegar di depanku meski aku tau dia sangat bersusah payah untuk itu.. sambil memegang daguku ayah berkata” masih ingat pesan ayah,,?”

“ iya ayah,,” kataku dengan suara parau

“ ayah percaya padamu sayang “ katanya lagi untuk kemudian memelukku dan mengecup keningku setelah itu dia berdiri, aku mencium masing-masing tangan mereka, dan mereka mengusap kepalaku.

“ ibu dan ayah pulang, ingat sayang jadilah orang yang bermanfa’at umtuk semua orang,, Assalamu`alaikum..” katanya sambil berlalu.

“Wa`alaikumsalam,,” jawabku dalam hati karena lidah terlalu kelu untuk berucap, aku memandang mereka yang pergi menjauh dan membayangkan mereka benar-benar pergi tanpa aku bisa lagi memeluk mereka. Bagai di tampar keras membuat aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan seperti apa perasaanku waktu itu, karena aku merasa sangat asing, tempatku… suasanaku yang baru… seperti menolak untuk berdamai dengan hatiku.

                                                                         ***

        Setelah hampir 7 bulan aku mondok, aku sudah mulai merasa nyaman dan terbiasa dengan keadaan di pesantren, awalnya aku gak betah, pengen pulang, karena apa-apa serba ngantri !!  mau mandi harus ngantri, itupun kalau mau kebagian harus antri dari jam 03:00 kalau kesiangan terpaksa deh berangkat sekolah dengan keadaan belum mandi, cuma cuci muka sama gosok gigi doang. Kalian tau?? Kadang aku makan aja gak kebagian !! yaaa.. karena porsinya yang gak sama,, Hehe. Jadi intinya di pesantren itu kita harus giat, super giat malah karena kalau males-malesan, siap-siap aja apes terus.. apalagi kalau udah belajar di kelas, uuhhh.. bawaannya ngantuk bangeet sumpah !! di tambah kitanya belum mandi, yang udah mandi aja kadang ampe pules gitu tidurnya.

        Aku pernah ngalamin hal yang paaaling memalukan, yaitu pas lagi ngaji di masjid waktu itu bagian kitab Al- jurumiyah, waktu itu aku ngantuk bangett sampe nguap berkali-kali, nah kebetulan aku duduk paling belakang jadi aku bisa senderan ke tembok , aku ngerasa kalau aku tidur juga gak bakal keliatan karena kalau di liat dari depan aku kehalang sama tiang, jadi dengan enaknya aku tidur sambil nyender tembok. Padahal waktu itu aku ngerasa tidur belum lama, tapi tiba-tiba “ Najma,,, bangun!!” kata itu di ulang sampe 3 kali terus ada suara ketawa-ketawa gitu, sebenernya aku denger siihh,, tapi aku fikir itu mimpi, terus pas aku bangun pak ustadz langsung ngomong

“Najma ti desa Buah batu datang ka pasantren kalah sare nyarande kana tembok bari ngoweh,,” kata pak ustadz dengan bahasa sunda yang artinya

(“ Najma dari desa Buah batu datang ke pesantren malah tidur nyender tembok sambil ngiler,,”) otomatis semua ketawa bahkan ada yang sampe ngakak malah,, semua ngeliatin aku dan saat itu juga aku merasa kerdil dan ingin dilupakan. Setelah itu pak ustadz lanjut menjelaskan dan mendadak aku gak ngantuk sama sekali. Itu adalah momen yang paaaling memalukan.

                                                                          ***

“ kamu kenapa gak bangunin aku siiih,,” omelku pada Netsa yang duduk sebelahku pas aku tidur di masjid tadi.

“ aku udah nepuk-nepuk paha kamu ! tapi kamunya aja yang susah di bangunin !” jawabnya

 Iya siih aku tau bahkan sadar kalau aku emang suka susah di bangunin,, tapi aku ngerasa Netsa bohong,, aku rasa dia sengaja bikin aku malu ! uhh!

“ ih tapi beneran aku gak ngiler kan net..” tanyaku memastikan

“ nggak kok,, tapi mangap dikit hhehe..” jawabnya sambil nyengir

“ iiihh Yunoahhh,, kamu kentut ya !! “ teriak Erni tiba-tiba

“ ih apaan sih,, nggak kok ! gak percaya ?! nih cium pantat aku “ katanya seraya menunggingkan bokongnya. “ ihh teu hararayang teuing “ jawab Erni dengan bahasa sunda yang artinya (“ ihh gak mau banget “) detik itu juga seluruh penjuru kamar pengap dengan bau kentu misterius,, hhehe

“ makan apa sih ni orang “ sewot rika yang dari tadi sedang ngelipat baju

“ heueuh meni mantak puyeng kieu..” timpal Erni (“ iya,, sampe bikin pusing kayak gini,,”)

 Aku terperangah ketika melihat nengYeni tiba- tiba mencium pantat  Erni untuk kemudian berkata

“ lah maneh puyeng.. puyeng.. bari maneh ge nu hitut” seraya meneloyor bahu Erni (“ lah kamu,, pusing.. pusing.. kamu juga yang kentut”) kemudian erni nyengir lebar sambil siap-siap kabur karena Yunoah akan segera mengejarnya untuk memberikan hukuman atas pemitnahan yang kejam atas dirinya. Erni… Erni.. ada-ada saja, dia emang suka gitu, dia yang kentut tapi malah nyalahin orang di tambah dengan ekspresinya yang serius, dia emang paling bisa membuat orang lain percaya bahkan setelah dia kadalin berkali-kali ! semua itu karena dia ahli memainkan ekspresi wajah dan nada bicara.

                                                                              ***

“ iiihhh.. Yunoah,,!!! Sepatu aku kamu pake ya..!!! “ teriak Erni di depan rak sepatu.

“ itu hukuman buat kamu udah mitnah aku kemaren,,!!” jawabnya sengit untuk kemudian berlari ke halaman asrama. Uhhh mereka berdua emang gak pernah ada bosen-bosennya berantem terus, apalagi kalau udah kejar-kejaran bikin seisi kamar berantakan!!

“ eh ma,, kamu mau ikutan seleksi gak ?? kata Netsa tiba-tiba

“ seleksi apa,,?” jawabku heran.

“ kan di kota mau ngadain lomba Dakwah Islami antar pesantren,, jadi di pesantren kita bakal ngadain seleksi buat jadi perwakilan ke kota nantinya..” jelasnya sambil menyisir rambut.

“ beneran,,?! Aku mau bangeeet net,, emang kapan seleksinya,,?” kataku penuh semangat.

“ kayaknya sih minggu depan deh, kalau kamu mau ikutan minta aja brosurnya ke ruang pengurus, disitu ada aturan-autannya kok..”jawabnya lagi.

“ oke.. nanti aku kesana,,” tukasku dengan riang seraya menyambar tasku untuk berangkat sekolah.

          Sore harinya sepulang sekolah aku langsung ke ruang pengurus untuk meminta brosurnya,

“ kak… ini beneran temanya bebas ?? tanyaku

“ iya,,, kamu beneran mau ikutan?” tanyanya seolah tak percaya.

“ serius kak… saya mau banget ikutan seleksi ini, mudah-mudahan aja kepilih “ jawabku meyakinkannya.

“ ya udah,, latihan dari sekarang kamu pasti bisa “ katanya lagi memberiku semangat.

       Ayo Najma kamu pasti bisa..! kamu harus buktiin ke ayah kalau kamu bisa jadi orang yang bermanfa’at setidaknya untuk pesantren. Hmm,,, kalian tau?? Aku harus mensuport diriku sendiri supaya aku bisa memiliki sebuah kepercayaan.

                                                                                        ***

“ iiih,, pokoknya awas aja kalau dia antri abis aku gak akan pernah aku kasih,,!!” gerutu neng Yeni dengan ekspresi yang sepertinya sangat kesal.

“ kenapa sihh marah-marah gitu ? tanyaku seraya menyiapkan buku dan pulpen untuk membuat naskah pidatoku.

“ itu si Ajeng anak asrama depan selalu aja nyari gara-gara,,!!”jelasnya sambil mengepalkan tangan.

“ iya,,, terus masalahnya kenapa “ tanyaku masih tak mengerti.

“ gimana gak kesel coba,, aku udah antri abis Mila tadi eh.. pas Mila keluar dia nyelonong gitu aja masuk kamar mandi, pas aku bilang kalau itu giliran aku dianya malah nyolot,,” jelasnya dengan amarah yang masih tersisa. Kalau aku sih udah biasalah,, malah kadang kalau udah gerah-gerah banget selesai ngaji jam 22:00 aja aku pasti mandi, meskipun resikonya aku bakalan pegel-pegel.

“ ya udahlah,, gak usah marah-marah terus ntar keliatan tua lhoo,,” kataku berusaha mencairkan suasana.

“ heueuh engges we engke deui mah lamun kitu deui bareng we mandina,,” celetuk Erni yang artinya (“ iya,, udahlah lain kali kalau gitu lagi bareng aja mandinya “)

“ eh kira-kira buat seleksi nanti aku ambil tema apa ya,,?” tanyaku meminta pendapat.

“ tentang perjuangan rasul aja,,!” saran Yunoah.

“ ihh gak rame itumah,, biasanya kalau anak muda zaman sekarang paling suka sama sesuatu yang menyangkut cinta-cintaan,,!!” kata Netsa

“ lah maneh,, cinta deui.. cinta deui.. bari ngomong ka si fajar ge can wani..” ejek neng Yeni yang artinya (“ lah kamu,, cinta lagi.. cinta lagi.. ngomong sama fajar aja belum berani kamu..”) keliatannya dia udah gak kesel lagi baguslah !

“ya udah cinta rasul aja,,” saran Yunoah lagi “ kan bisa di sambungin sama tentang percintaan zaman sekarang,,” lanjutnya

“ iya yah..?! ya udah deh aku akan ambil judul itu aja makasih ya yuun,,” kataku bersemangat.” Ayah,, ibu,, aku akan buktiin sama kalian kalau aku bisa,,kataku dalam hati. Setelah itu aku langsung membuat naskah pidatonya dan langsung menghafalnya kemana-mana aku membawanya terkecuali ke kamar mandi tentunya.:)

                                                                                               ***

            Satu minggu berlalu.. dan nanti malam aku akan tampil dengan pidatoku. Aku melihat teman-temanku sedang sibuk membuat semacam poster dengan tulisan tangan, ada yang menulis “I LOVE YOU” ada juga yang menulis “ GANTENG BANGET SIIIHH “  pokoknya tulisan-tulisan yang akan membuat peserta laki-laki yang tampil jadi nervous dan gugup untuk kemudian lupa teks.santri laki-laki juga biasanya akan melakukan hal yang serupa, tapi bedanya tidak dengan poster melainkan dikatakan langsung dengan lantang, misalnya “ neng nami saha..?ning meuni geulis,,? Abi bogoh neng,,!!” yang artinya (“ neng namanya siapa? Kok cantik banget siih..? aku cinta neng..!!”) . Kebiasaan itu emang sudah lumrah dilakukan, pas aku tanya tujuannya untuk apa katanya sih untuk menguji mental mereka yang tampil ke depan, supaya terbiasa dengan celetukan-celetukan seperti itu, karena katanya di pesantren mana-mana juga emang suka gitu.

“ pokoknya nanti aku bakal duduk paling depan,,!!” kata Netsa bersemangat seraya sibuk dengan posternya.

“ lahh pedah we si fajar ek tampil..” Erni mencibir dengan bahasa sunda yang artinya,,(“ ahh,, itu sih karena si fajar mau tampil..”)

“ ma,, nanti kamu harus bagus tampilnya oke,,?! Aku akan dukung kamu..” kata Yeni memberiku semangat.

 “ iya.. do`ain aja supaya aku gak gugup..” kataku kemudian.

“ pasti doong,,” jawabnya sambil mengacungkan jempol.

      Uhhh..!! sekarang aja aku deg-degan apalagi nanti ! udah kebayang celetukan-celetukan yang bakal aku denger,, Ya Allah.. terkadang dengan keadaan seperti ini, aku berharap telingaku hilang.

                                                                                       *** 

       Sebuah panggung yang sederhana sudah terbangun di halaman kelas 3 ibtida,, tapi kesederhanaanya sama sekali tidak mampu mengusir burung-burung yang tidak pernah berhenti mengepakkan sayapnya di perutku. Aku sudah melihat daftar nama santri yang akan mengikuti seleksi ini,, rata-rata seumuran denganku karena memang persyaratannya yang memperbolehkan dari usia (14th - 17th) ahh,, syukurlah !! Kurasa aku punya kesempatan untuk menjadi utusan dari pesantren ke kota.

“ kamu sudah siap ma..??” Tanya Erni memastikan bahwa aku benar-benar sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang.

“ Insya Allah,, doakan aku,,” kataku seraya menggenggam tangannya.aku memang sudah mempersiapkannya,, dan aku merasa memang sudah siap tapi burung-burung itu tak pernah mau berhenti mengepakkan sayap-sayap mereka,,

          Acara akan segera di mulai,, pembawa acara sudah menyebutkan susunan acaranya,,dan aku merasa semuanya berjalan sangat cepat, seolah sang waktu berusaha mengejarku untuk kemudian membunuhku. Tibalah saatnya penampilan orator-orator,,pembawa acara menyebutkan orator yang pertama,,” marilah kita panggil orator yang pertama … Muhammad Fajar Firmansyah,,kepadanya kami persilahkan “ huuuhh,,,!! Jantungku rasanya melupakan iramanya sendiri seolah berlomba dengan detik jarum jam,, keringat dingin keluar dari tengkuk juga keningku.

       Saat fajar menyelesaikan pidatonya dengan shalawat,, ada celetukan “ udahlah gak enaklu suaranya!! Turun aja udah,,!!”   Brengsek!! Kenapa nguji mental harus kaya gitu siih?? Gimana kalau aku yang tampil ya?? Aduuhh..

         Setelah itu pembawa acara menyebutkan orator yang selanjutnya “ untuk orator yang kedua,, kita sambut… Siti Najma Fauziah,,! Kepadanya kami persilahkan” untuk saat itu rasanya jantungku semakin mempercepat iramanya,, Netsa, Yeni, Erni, Rika, Yunoah teman-teman dekatku terdengar meneriakan namaku dengan penuh semangat,, tapi suara mereka tak mampu mengalahkan suara detak jantungku. Aku naik panggung untuk kemudian mengucapkan salam, tapi ada yang menjawab “ wa`alaikumsayang “ uuhh !! dasar bodoh !! gerutuku sejenak dalam hati. Saat aku berpidato rasanya lebih tenang, lebih menyenangkan, berbeda dengan saat menunggu giliran tampil,, aku ingat ibuku pernah bilang “ kalau tidak mau gugup jangan pernah melihat sorot mata penonton,, tapi lihatlah atas kepala mereka yang serempak,,” kata ibuku dan terbukti untuk malam ini,, aku merasa membawakan pidato lebih enjoy dan tidak ada kipasan sayap burung-burung itu lagi. Dan aku menyelesaikan pidatoku dengan sebuah pantun,, entah nyambung atau enggak aku gak peduli,,” kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat,,!!” kataku mengakhiri pidatoku dan mereka ketawa terbahak-bahak. Uhhh.. lega sekali rasanya,, seolah aku baru selamat dari sebuah bencana. Hhehe..

                                                                                                ***

        Esok paginya aku dihadiahi dengan pujian-pujian,, Alhamdulillah.. terimakasih Ya Allah Kau sudah berkati aku dengan keberanian yang tak pernah aku duga sebelumnya.

“ ma,, kamu bagus banget semalem.. suer deh gak keliatan gugup sama sekali..!” kata Netsa seraya mencubit pipiku gemas.

“ oh ya..?? padahal awalnya aku deg-degan banget net.. tapi pas aku naik ke panggung dan memulai pidatoku rasanya biasa aja,, malah aku ngerasa enjoy banget waktu itu..”jawabku riang seraya menyiapkan buku-buku yang akan aku bawa ke sekolah.tapi tiba-tiba.. Erni berteriak tepat di telingaku membuat aku takut kalau saat itu telingaku akan berhenti berfungsi.

“ Najmaaa.. kamu tau gak,,?! Kamu menang,,!! “ teriaknya seraya memutar tubuhku seolah aku ini kincir. Menyebalkan. Tapi tiba-tiba aku penasaran apa yang membuatnya berteriak sedemikian rupa.

“ ada apa..?! “ tanyaku heran sekaligus penasaran,,

“ kamu terpilih Najmaaa.. kamu kepilih jadi perwakilan pesantren buat lomba Dakwah Islami  ke kota minggu depan..!!” katanya masih dengan teriakan yang sama,, saat itu aku gak percaya sama omongan Erni,, karena dia emang suka ngibul ! tapi diam-diam aku berharap kalau dia berbicara serius,,

“ jangan bercanda ni,, gak lucu tau,,! Lagian pengumumannya juga nanti pas muhadoroh “ kataku jengkel.

“ ihh beneran,, aku gak bohong ma, kamu gak percaya? liat aja di madding depan asrama!!” jawabnya gemas. Dan tiba-tiba Yunoah datang sama bertiaknya seperti Erni tadi..

“ Najmaaa,, ayo ikut aku deeh,, “ katanya sambil menarik tanganku tanpa penjelasan ataupun meminta persetujuan terlebih dahulu, aku di bawa untuk melihat madding ke depan asrama, dan disana tertulis,, bahwa pemenang seleksi pidato tadi malam adalah… Siti Najma Fauziah kelas satu ibtida..!! itu namaku ! Ya Tuhan.. aku beneran gak percaya sama apa yang aku liat sekarang,, perlahan air mataku menetes begitu saja, padahal aku berusaha menahannya waktu itu.hmmm.. Ayah,, ibu,, aku bisa kataku dalam hati, kemudian Erni datang dengan wajah jengkel bercampur bahagia.

“ apa aku bilang,,? Mentang-mentang aku tukang ngibul,, kalau masalah ginian aku gak bakalan bohong ma,, “ katanya untuk kemudian memelukku,,” maaf “ kataku dengan sura parau dalam pelukannya.

“ terimakasih Ya Allah,,” gumamku lagi

                                                                                               ***

             Sore harinya Ayah menelphon,, awalnya aku mau bilang kalau aku bakalan lomba Dakwah Islami mewakili pesantrenku.. tapi kurasa aku akan memberinya hadiah yang lebih dari itu,, ya,, nanti kalau aku menjadi juara juga di kota (Mudah-mudahan), baru aku cerita. Tapi aku terkejut sekaligus sedih Karena ayah bilang kalau ibu jatuh sakit,, dan itu membuat aku ingin segera pulang,, aku meminta ayah untuk menjemputku ke pesantren saat itu juga, tapi ayah tidak memberiku izin untuk itu.

“ tak usah pulang sayang,, ayah bisa menjaga ibumu,, kau percaya ayah kan??” katanya menenangkanku, karena pada saat itu aku terisak.

“ iya ayah aku percaya,, tapi aku juga ingin merawat ibu,,aku takut ayah..” jawabku ngotot

“ kau ingat apa yang pernah ibumu bilang,,?? Jadilah orang yang bermanfa’at, buktikan itu pada kami nak,, maka itu akan menjadi obat untuk ibumu,, do’akan saja sayang,, ayah harap kamu mengerti, jangan khawatir ayah akan menjaganya..” katanya meyakinkanku,, aku harap begitu ayah.. aku harap aku bisa menjadi obat itu untuk ibu, aku harap aku bisa memenangkan perlombaan di kota nanti.

“baiklah ayah,, tak apa aku akan tetap disini.. sampaikan pada ibu bahwa aku sangat menyayanginya, dan akan tetap seperti itu..” kataku kemudian

“ pasti ayah sampaikan,, emm.. bekalmu masih ada?” tanyanya,, tapi aku tau ayah pasti belum punya uang untuk mengirimiku bekal lagi,, biarlah aku berbohong sedikit

“ masih ada ayah tak usah khawatir..” jawabku meyakinkannya.

“ baiklah,, kalau sudah habis telfon ayah ya sayang..kalau begitu ayah tutup,, baik-baik ya sayang Assalamu’alaikum,,” katanya mengakhiri telfon.

“ Wa’alaikumsalam,,” jawabku dalam hati.. aku bergeming, bingung, antara harapan menjadi pemenang  sekaligus takut kehilangan sosok ibuku, sebenarnya aku ingin pulang, aku ingin merawatnya sampai dia sembuh Ya Allah,,,

                                                                                          ***

“ Ya Alloh,, aku tidak meminta harta sebanyak apapun,, aku tidak meminta derajat apapun di dunia ini, aku hanya meminta satu hal.. kumohon Ya Allah beri aku kesempatan untuk membahagiakan mereka terlebih dahulu, aku ingin mengukir senyuman mereka sepanjang hari..” do’aku dalam isak, waktu masih menukjukan pukul 02:00, aku terisak sendirian, benar-benar sendiri di mushala yang kurasa semakin lenggang waktu itu,,

“ sembuhkan dia Ya Allah..aku menyayanginya,,” lirihku lagi,, aku merasa sangat terjatuh kedalam lubang yang tak pernah berdasar. Dan aku ketiduran di mushala, aku terbangun saat ada tangan lembut yang menyadarkanku dari tidurku, dan aku terjaga untuk kemudian mengambil air wudlu dan shalat subuh berjama’ah.

Pagi harinya,, aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah,hatiku masih murung pada saat itu.

“ ma.. kamu kenapa,?! Ada masalah apa,?! Cerita dong,,” kata Netsa penuh simpati seraya memegang kedua pundakku.

“ enggak.. gak ada masalah apa-apa kok..” jawabku berusaha menutupinya kemudian berpaling untuk menyiapkan buku-bukuku. Aku bisa merasakan keheningan di kamarku waktu itu, aku bisa merasakan keheranan dan berbagai pertanyaan mengenai aku di kepala mereka, tapi aku terlalu sulit untuk berbagi kesedihanku,, maafkan aku.

          Di sekolah aku berusaha bersikap seperti biasanya,, meski fikiranku tidak pernah lepas dari ibuku aku berusaha dengan susah payah untuk menghilangkan kemurunganku. Waktu jam istirahat aku memilih pergi ke belakang sekolah dan tidak bergabung bersama teman-temanku di kantin. Disana aku menumpahkan semua kemelut yang aku rasakan,, ya… aku menangis , aku menangis sejadi-jadinya dan untuk kemudian aku merasa lebih tenang. Tapi tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku,, ternyata dia Netsa salah-satu teman dekatku.

“ Kamu kenapa ma..” katanya penuh tanda tanya sekaligus sedih. Aku berusaha menutupinya dan mengusap air mataku, tapi sia-sia karena dia telah berada disana sejak aku menangis tadi, aku hanya menjawab dengan gelengan.

“ ma,, kamu nganggap aku siapa? Hah?! Aku siapa ma..? aku sahabat kamu, aku temen kamu dan aku peduli sama kamu..” katanya dan dia mulai terisak saat itu. Aku merasa sangat bersalah telah membuat dia merasa tak berarti,tetapi aku tidak melakukan apa-apa selain memandangnya. Maafkan aku.

“ ma,, aku tau kamu lagi ada masalah dan kamu gak perlu bohong lagi..” katanya lagi seraya mengusap air matanya untuk kemudian memegang pundakku.

“ Aku gak tau harus gimana..” kataku dengan suara parau

“ Net,, kamu tau?? Ibuku sakit, dan aku khawatir.. aku pengen pulang untuk kemudian merawatnya sampai sembuh “ kataku lagi dengan murung.

“ ya udah nanti aku antar kamu buat izin..” jawabnya.

“ Iyah.. tapi ayah aku gak ngizinin aku buat pulang, dia bilang aku harus jadi obatnya dulu..” jelasku

“ obat..?? maksudnya? “ tanyanya heran.

“ aku harus bisa jadi orang yang bermanfa’at buat semua orang “ kataku

“ ya udah, berarti kamu harus semangat Najma..!! kamu harus  buktiin sama ibu dan ayah kamu kalau kamu bisa ! minggu depan kan kamu lomba ke kota, nah kamu harus bisa menangin lomba itu..! “ katanya dengan sangat riang.

“ Aku gak berharap menang Net,, aku bahagia kok udah bisa jadi perwakilan dari pesantren,, itu artinya aku bermanfa’at buat pesantren kan..??”

“ Iyaa.. tapi kamu tetep harus berusaha tampil yang terbaik oke..?” katanya lagi memberiku semangat dan setidaknya itu membuat aku merasa lebih baik.

                                                                                          ***

           Satu minggu terlewati,, Huh!! Rasanya waktu semakin cepat sekali berlalu karena pagi ini aku akan pergi ke kota untuk lomba Dakwah Islami, aku akan mengambil judul yang sama saat aku seleksi di pesantren agar aku tinggal memantapkannya saja.

“ Semangat ya.. kamu harus tampil oke..! “ kata Yeni

“ Najma.. meskipun kita gak bisa ikut kesana buat nyemangatin kamu, anggep aja kita lagi liat penampilan kamu dan mensuport kamu dari sini..” kata Netsa kemudian.

“ iya makasih ya,, do’ain aku “ kataku dengan haru.

“ pasti dong ma,, tenang aja.. karena aku yakin kamu gak bakalan gugup deh,, so’alnya disana yang nonton cuma pesertanya aja..” kata Erni.

“ iya,, gak bakalan ada si bekicot lah tenang,, Hhaha “ timpal Yunoah. Si bekicot itu santri cowok angkatan kami yang suka paling heboh kalau nguji mental orang yang lagi pidato ke depan,, tapi kalau menurut aku dia tuh emang suka berlebihan, bisa di bilang gak sopan malah.. pernah ada santri cewek yang lagi pidato kedepan terus si bekicot bilang gini “ eh neng kamu pake bedak yang bener dong,,!! masa cemong gitu!  lagian pake bedak juga gak bakalan cantik !!” kata-kata itu di lontarkan lantang banget ! terus semua komplotannya ketawa terbahak-bahak, sampe-sampe dia turun lagi dan memilih untuk tidak melanjutkan pidatonya. Sebenernya nama aslinya bukan bekicot sih.. nama aslinya Alif Firmansyah.. baguskan !! tapi perilakunya gak sebagus namanya,, ih dia itu jail bangeet dan saking keselnya kita manggil dia dengan sebutan bekicot!.

“ ya udah aku berangkat yah,, !” kataku kemudian.

“ iyah.. semangat ya Najma..” kata mereka serempak kemudian memelukku.

            " Ayah..Ibu.. aku akan berusaha memberikan yang terbaik, aku akan tepati janji aku, aku akan pulang dengan obat untuk ibu.."

                                                                                                 ***

              Aku berangkat diantar oleh mang Dimas.. seorang santri laki-laki yang sudah cukup dewasa, kira-kira umurnya 23 an, dia baik, pintar, suaranya bagus dan pandai qira’at. Banyak yang suka tentunya termasuk ibu kamarku sendiri (ketua kamar),, euuh kalau udah ngomongin mang Dimas bawaannya ngantuk !! so’alnya lamaaa banget,, tadi aja pas aku mau berangkat dia titip salam buat mang Dimas, mang Dimas menjawabnya dengan senyumannya yang khas kemudian berkata “ Wa’alaikumsalam “

            Gak kerasa aku udah sampe,, tempatnya di Masjid Agung Banjar dekat Alun-Alun. Huhh,,!! Burung-burung itu mulai lagi mengepakkan sayap-sayap mereka.Menyebalkan.

           Aku masuk ke masjid dan mengambil nomor undiannya, aku kebagian undian ke-6, syukurlah.. jadi aku bisa menghapalnya terlebih dahulu. Acaranya akan segera di mulai, emm.. kira-kira ada 20 peserta semuanya. Aku melihat orator yang pertama, dia seorang perempuan, saat dia tampil bisa kuduga dia sudah terbiasa berpidato, menurutku pidatonya bagus.. tapi materinya terlalu serius, tidak ada lawakan sama sekali, membuat aku sangat bosan menontonnya.

          Semuanya berjalan begitu cepat, dan tiba saatnya giliranku.. burung-burung itu semakin semangat mengepakkan sayap-sayap mereka. Aku mulai berpidato, dalam pidatoku terdapat lelucon, shalawat sebagai tanda bahwa kita mencintai Rasulullah, dan juga sebuah lagu sebagai hiburannya, aku berbicara tentang pentingnya mencintai Rasulullah juga perbedaannya dengan cinta zaman sekarang. Aku menyelesaikan pidatoku, dan rasanya legaaa sekali aku sangat berharap menjadi yang terbaik dari yang baik. Do’akan saja yaaa !!

                                                                                    ***

“ gimana ma..?? lancarkan?? Kamu gak gugup kan,,?? “ Tanya Yeni

“ Alhamdulillah lancar, aku gak gugup kok,, tapi pengumuman tentang pemenangnya akan di umumkan sore ini,,? Kataku menjelaskan.

 “ uuh.. mudah-mudahan kamu pemenangnya ya ma..” harap Netsa, ya.. ku harap juga begitu .

“ ya mudah-mudahan aja, tapi kalau gak menang juga aku gak bakalan nyesel ataupun sedih kok, karena yang terpenting buat aku, aku udah pernah di butuhkan sama pesantren ini.. setidaknya aku memberi manfa’at untuk orang lain..” kataku.

“ aku bangga deh punya sahabat kayak  kamu ma.. “ kata Yeni terharu.

          Usai  mengaji ashar, aku antri mandi dan Alhamdulillah aku kebagian mandi sebelum maghrib tiba. Tapi pas aku lagi mandi, tiba-tiba Erni mengetuk pintu dan berkata

“ Najma..! ada ayah kamu tuuh,,” katanya setengah berteriak. Ayah..? kesini kok gak bilang siih?? Ah,, pasti sama ibu dan itu artinya ibu sembuh !! terimakasih Ya Allah..

“ iyya,, bilangin sebentar lagi,, “ jawabku.

          Usai mandi, aku langsung ke kamar.

“ Dimana Er..?” tanyaku pada Erni yang sedang sibuk melipat pakaiannya.

“ tadi ada di depan asrama ” jawabnya. Aku bergegas menemuinya.

 Benar saja itu ayah,, tapi ibu mana..? apa masih sakit? Atau ada suatu kepentingan yang membuatnya tak bisa membesukku ke pesantren. Ah..! biarlah nanti ku tanyakan itu pada ayah. Aku berlari dan jatuh dalam dekapannya..

“ ayah kok sendiri ibu mana..?” tanyaku .Dia hanya termenung dan itu cukup membuatku heran.

“ ayah..!! kenapa diam ? ibu mana ? “tanyaku lagi

“ ibu di rumah, ayah kesini mau jemput kamu,kamu siap-siap ya sayang..”katanya

“ ibu masih sakit yah..? “tanyaku kemudian.

“ nggak kok, ibu ada di rumah, makanya cepetan kamu siap-siap dulu biar nanti ayah yang izin sama pak ustadz..” katanya lagi.

          Aku seneng banget karna aku bakalan ketemu ibu, dan aku akan menghabiskan waktu dengan bercerita kepadanya selama aku di pesantren sampai akhirnya aku akan cerita kalau aku mewakili pesantren untuk lomba Dakwah Islami ke kota.Uhh.. rasanya gak sabar pengen cepetan pulang.

            Usai menyiapkan pakaian aku pulang,, selama di perjalanan aku merasa ayah bersikap aneh, dia bungkam seribu bahasa, sama sekali tidak mengajak aku ngobrol, tidak menandakan bahwa dia sangat merindukanku, padahal aku begitu merindukannya.. Ayah kelihatan bingung bahkan sesekali dia seperti sedang menerawang aku ingin bertanya sesuatu tapi aku urungkan, aku takut mengganggunya.

                                                                                      ***

            Sesampainya di rumah, aku heran karena banyak sekali orang di rumahku, mulai dari tetangga, dan juga kerabatku yang jauh.. emmh tidak seperti biasanya.Bahkan halaman rumahku yang lenggang kini padat dengan motor-motor orang yang berkunjung. Ada apa ya..? Saat aku turun dari motor dan berjalan ke halaman rumahku, semua orang yang berada di rumah melihatku dengan tatapan yang tak pernah bisa aku artikan saat itu, aku merasa sangat bingung dengan apa yang ada di hadapanku saat ini. Sampai tiba-tiba kakak laki-laki ku menghampiriku dengan air mata yang bercucuran kemudian memelukku erat, seraya berbisik ditelingaku dengan pelan, tapi itu terdengar seperti teriakan yang mengerikan . “ kita harus sabar sayang,, ibu pergi,,” katanya dan semakin mempererat pelukannya.

           Bagai di tampar bahkan ku rasa lebih buruk dari itu aku merasa dunia menghimpitku hingga akhirnya aku hancur dan kemudian hilang, aku tidak percaya Ya Allah,,!! Aku berlari kedalam dan menerobos kerumunan orang yang sedang membaca surat Yasin untuk ibuku, aku memeluknya,, aku mencium pipinya hingga air mataku membasahi pipinya yang kurus itu,, tapi tiba-tiba seseorang menarikku menjauh dari jasad ibuku dan itu ayah,, aku berteriak sekeras yang aku bisa” ibuuu… ibu…” begitu seterusnya, pandanganku mengabur karena air mata yang terus mengalir tanpa henti, kemudian dia memelukku membiarkanku memukul dadanya berkali-kali “ ayah bohong,,! Ayah jahat..!” kataku seraya terus menyakitinya dengan memukul dadanya. Dia juga menangis, dia mengusap kepalaku tapi aku terus menyakitinya.. seraya berbisik “ maafkan ayah,, maafkan ayah,,sayang..” katanya dengan suara serak.

        Saat itu jujur saja aku merasa tuhan sangat jahat,, jahat sekali, Dia mengambil orang yang begitu berharga dalam hidupku justru disaat aku ingin memberinya sebuah hadiah yang dengan susah payah aku untuk mendapatkannya. Aku tak percaya bahwa ibuku yang cerewet, ibuku yang selalu memelukku, ibuku yang selalu mengecup kening dan kedua pipiku kini hanya bisa terbaring kaku, terkadang kenyataan memang terlalu jahat bahkan kurasa kejam.

                                                                                           ***

           Aku duduk menghadap ke jenazah ibuku seraya terus membacakan surat Yasin untuknya, karna hanya ini yang bisa aku lakukan dan memang hanya ini yang benar-benar di butuhkannya. Ya Allah.. kadang aku berharap semua ini hanyalah mimpi dan aku akan terus berdo’a kepada-MU agar aku akan segera terjaga dari mimpi burukku ini dan untuk kemudian aku akan menghabiskan waktuku bercerita dengannya. Tapi tubuh kaku di hadapanku ini seolah membentakku bahwa semua ini nyata dan aku sadar bahwa sekarang dan untuk selamanya salah satu warna pelangiku sudah hilang dan itu artinya kebahagiaanku juga tak sesempurna dulu dan rasanya untuk kembali ke pesantren pun aku tak sanggup.

         Usai membacakan surat Yasin untuk ibu , aku menatap wajah ibuku lekat untuk terakhir kalinya, aku akan sangat hafal setiap garis di wajahnya dan aku pasti akan sangat merindukannya.”Aku mencintaimu ibu.. aku mencintaimu.. andai ibu tau aku sudah memenuhi janjiku padamu aku bisa bu.. aku bisa..!” kataku dalam isak seraya terus memandangnya. Saat itu adalah saat dimana aku berada pada titik terendah dalam hidupku aku merasa benar-benar terjatuh hingga aku lupa bagaimana caranya untuk bangkit. Tiba-tiba ayah datang dan duduk di sampingku, saat itu untuk pertama kalinya aku melihat ayah sangat lemah, sama sekali tak ada ketegaran seperti yang selalu dia tunjukan padaku setiap waktu, bahkan air mata yang selalu di tahannya kini benar-benar mengalir seolah penat harus selalu terkurung di balik pelupuk mata.

                                                                                            ***

            Pemakaman ibu akan segera di laksanakan, dan aku terkejut karena Pimpinan Pesantren datang beserta beberapa santri lainnya termasuk Netsa, dia memandangku dengan tatapan simpatik sekaligus menguatkan, aku tau dia berusaha mengingatkanku bahwa aku harus kuat dan aku hanya bisa tersenyum lemah kepadanya karena aku sadar aku tidak sekuat itu, tapi untuk kemudian dia menghampiriku.

“ ma,, aku percaya kamu kuat..” katanya seraya menggenggam tanganku. Aku hanya memeluknya dan menangis dengan luka yang kian menganga di hatiku. Aku melihat ayah sedang berbicara dengan pak ustadz, aku berjalan menghampiri guruku itu dan mencium tangannya dia mengusap kepalaku dan berkata

“ Sebenarnya kita semua ibarat rusa, dan singa yang mengejar kita adalah pemburu yang tak kenal belas kasihan yang di sebut takdir, tragedi hidup itu akan terjadi tak peduli sekuat apa kita berlari takdir itu pasti akan selalu menang “ katanya dengan lembut dan aku hanya mampu mengangguk lemah.

                                                                                     ***

             Upacara pemakaman telah usai semua orang sudah kembali pulang, tapi aku masih ingin tetap disini toh ayah juga pasti akan menemaniku. Lalu tiba-tiba ayah berkata “ Ayah bangga sama kamu sayang.. kamu berhasil membuktikan sama ayah bahwa kamu bisa menjadi orang yang bermanfa’at..” katanya seraya memelukku, aku benar-benar bingung tapi apa mungkin ayah sudah tau kalau aku mewakili pesantren untuk lomba Dakwah Islami ke kota ? kurasa begitu.. aku bahagia bisa membuat ayah bangga tapi aku sangat berharap ibu juga mendengarnya. Lalu ayah melanjutkan perkataannya “ Tadi pak ustadz datang sembari mengantarkan hadiahnya..katanya kamu harus lebih semangat lagi, karena kamu juga menjuarai pidato itu di tingkat kota,,” lanjutnya dengan air mata haru, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Ya Allah..!! aku menang..?! “ benarkah ayah..? aku juaranya? “ jeritku dengan sangat bahagia. “ iya sayang kamu juaranya,, “ katanya lagi dan itu membuat aku sangat bahagia

    Ya Allah terimakasih banyak atas semuanya, KAU beri aku hal yang paling berharga dari apapun dan aku mengerti bahwa aku harus melanjutkan prinsipku, aku harus bisa lebih dari ini. Harus !.

SEKIAN..

Komentar